Terkait Isu BMI, Tangan Indonesia Tidak Ingin Terus di Bawah


Besarnya jumlah Buruh Migran Indonesia (BMI) di Malaysia, baik yang ilegal maupun legal, menimbulkan kesan bahwa Indonesia membutuhkan pekerjaan.
Padahal, selain itu Malaysia juga membutuhkan tenaga kerja dari Indonesia.

“Kita tahu penduduk Malaysia itu 10% dari penduduk kita sementara GDP hampir 10 ribu dolar Amerika. Dari situ kita bisa lihat bahwa Malaysia butuh tenaga kerja dan kita butuh pendapatan. Jadi sebenarnya hubungan ini saling membutuhkan,” tutur Direktur Asia Tenggara Kementerian Luar Negeri, Denny Abdi, kepada awak media di Jakarta, Jumat (14/7/2017).

Dikutip dari Okezone ,Pria yang juga mantan perwakilan tetap RI di Jenewa, Swiss, itu mengatakan walaupun sama-sama membutuhkan, ia menilai Indonesia yang terkesan lebih membutuhkan.

“Walau ini sama-sama butuh, tapi terkesan kita yang lebih butuh. Kita perlu membicarakan ini dengan para pengusaha-pengusaha Malaysia untuk mengetahui sektor kerja mana yang dibutuhkan."katanya.



Di sisi lain, Denny Abdi mengakui bahwa Indonesia juga masih punya banyak pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan. Dia menyebut di antaranya pekerjaan rumah untuk meningkatkan keterampilan dan daya saing tenaga kerja Indonesia. Dengan demikian, mereka tidak masuk ke sektor informal saja tetapi juga bisa masuk ke sektor formal.

“Kalau datang dengan modal pas-pasan dan mengharapkan pelatihan dari perusahaan di Malaysia, akhirnya kita selalu ada di pihak yang kalah. Kita harus meletakkan suplai tenaga kerja itu sebagai bahan negosiasi,” ungkapnya.

Menurut dia, Indonesia selama ini berada dalam posisi tangan di bawah. Dengan perbaikan kemampuan, maka Indonesia bisa berada dalam posisi tangan sejajar bahkan di atas.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Terkait Isu BMI, Tangan Indonesia Tidak Ingin Terus di Bawah"

Posting Komentar